Selasa, 18 Oktober 2011

Timbunan Masa Lalu

                    Bel masuk sekolah berbunyi, dengan tergesa-gesa aku berlari menuju ruang kelasku yang berada tidak jauh dari tempat parkir sekolah. Sesampainya di kelas aku langsung duduk di bangku paling selatan nomor dua dari belakang, bangku yang biasa aku tempati bersama teman dekatku Liliana Indriyani. Gadis manis berkulit sawo matang dengan bula mata yang lentik menghiasi tatapan lembutnya ketika ia menyambut kedatanganku pagi itu.

           “Hay Fara kau terlambat 5 menit!”
            “Oh ya, aku kira aku terlambat 10 menit!”, jawabku sembari menduduki kursi disamping Lili
              Hari ini hari rabu jam pertama di awali dengan pelajaran Bahasa Indonesia yang di isi oleh Ibu Andini. Seperti biasa wanita cantik bertubuh langsing yang masih mengaku jomblo itu mengucap salam dengan begitu manis
         “Assalamu’alaikum anak-anak”
         “Wa’alaikumsalam wr.wb!”, jawabku bersama teman-teman serentak
        “hari ini kita akan membahas langkah-langkah membuat cerpen, lalu setelah itu baru kalian membuat cerpen, sekarang biar ibu jelaskan dulu ya...!!!”
Aku dan teman-temanpun mendengarkan dan mencermati penjelasan yang di berikan oleh wanita yang berumur sepuluh tahun lebih muda dari ibuku itu.

                “krrrriiiiiiiiiinnnnnnnnnnnnnnnggggggggg...”, bel istirahat pun berbunyi sekaliigus pertanda pelajaran Bahasa Indonesia telah berakhir. Aku dan teman-teman beranjak keluar dari dalam kelas menyusul kepergian Ibu Andini. Setelah itu teman-temanku pun berlarian sambil bercanda ria menuju kantin sekolah, namun tak sedikit pula yang memilih duduk di dalam kelas sambil memakan bekal yang mereka bawa atau mengerjakan pr yang belum mereka selesaikan. Sedangkan aku lebih memilih duduk diam di depan ruang kelas. 

              Ketika itu aku melihat seseorang yang tidak asing untukku, seseorang yang pernah menjadi tambatan hatiku selama satu tahun, ia adalah laki-laki dengan tinggi badan 165 cm, berkulit tidak terlalu putih, berwajah manis berjalan menuju ruang kelasnya yang berada tepat di sebelah barat ruang kelas yang ku pakai. Ya, dia adalah mantan kekasih hatiku sebut saja Farel.

              Aku jadi teringat akan masa lalu yang pernah aku lewati bersamanya, sungguh benar-benar indah. Berawal dari ketika ia melihatku saat berjalan sendirian melewati koridor menuju gerbang hendak pulang sekolah, dia bilang pada salah seorang temanku yang ia kenal bahwa ia tertarik untuk mengenalku lebih jauh. Malamnya ada satu pesan di handphoneku dari nomor yang tak ku kenal berlagak mengajakku berkenalan melalui pesan singkat tersebut. Karena penasaran aku menyetujui ajakan itu, setelah lumayan agak lama kami berbalas pesan singkat akhirnya aku pun tau, dia adalah Farel anak kelas tiga jurusan Teknologi Komputer dan Jaringan sekarang ini.

           Dari perkenalan itu kami pun menjadi dekat dan akhirnya resmi menjadi sepasang kekasih tepatnya pada tanggal 11 Maret 2010. Semenjak hari itu, hari-hariku menjadi lebih terasa indah, kami berdua menjalin cinta dengan penuh kasih sayang. Jalinan kasih itu berlanjut hingga kami naik ke kelas XI. Namun kebahagiaan itu hanya berlangsung selama satu tahun, saat itu kami sering bertenkar hanya karena masalah sepele, dan akhirnya kami memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami. Sebenarnya aku tidak rela, namun keputusan itu terpaksa ku terima demi kebaikan kami berdua.
      “Udahlah gak usah dipikirin, yang lalu biarlah berlalu!!”
Aku sempat kaget mendengar perkataan itu, rupanya Kania teman dekat yang juga satu kelas denganku sedari tadi berdiri di depan pintu dan melihat aku ketika sedang mmandangi Farel.
       “Iya, aku tau kok! Lagi pula dia udah ada yang punya!”
      “Nah itu kamu tau! Trus buat apa kamu mikirin dia, mendingan mulai sekarang kamu belajar yang rajin kita kan udah kelas tiga, dari pada mikirin dia Cuma buang-buang waktu!! Sahut gadis bertubuh tinggi, berkulit kuning langsat itu dengan sedikit mencibirkan bibirnya.
      “Tapi kemarin malam dia SMS aku, dan dia bilang dia masih menyimpan perasaan untukku..!!”, jawabku lugu.
      “Lalu, apa kamu mau pacaran sama cowok yang udah punya pacar..??”, tanya Kania dengan sedikit nyolot
     “Ya enggaklah, tapi aku juga punya rasa yang sama am dia! Entah lah aku jadi bingung! Aku harus gimana neh..!!?”
     “Aduh aduh Fara, udah deh, jangan di pikirin dalem dalem, kalo dia beneran pengen balik sama kamu, dia pasti udah putusin ceweknya! Kamu jangan mau dikadalin sama dia!”
     “Iya Kan, aku juga berfikir kaya gitu!”
     “Dah, sekarang kamu gak usah sedih lagi yaa..!”, kata Kania sambil tersenyum padaku.
             Aku menengok ke sebelah kanan, ku lihat Farel berdiri di depan pintu ruang kelasnya sambil memandangiku, dia tersenyum padaku, dan akupun membalas dengan manisnya.
         “Krrrriiiinnnnnnggg......!!!!!” Bel sudah berbunyi. Aku, Kania beserta kawan-kawan masuk ke kelas dan melanjutkan pelajaran.

         Sempat terlintas dalam pikiranku untuk menerima Farel kembali untuk mengisi ruang hatikuyang sepi. Tapi benar kata Kania, jangan sampai aku tertipu oleh Farel. Aku percaya kalau dia masih menyayangiku tapi kalau dia tidak memutuskan hubungan dengan pacarnya aku tidak akan mau. Biar saja timbunan masa lalu ini ku kenang, aku percaya kelak aku akan menemukan cinta sejatiku.    

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by DIMAS AGUNG PRADIPTA - Premium Blogger Themes | Best Web Host